top of page
Gambar penulisPSII Indonesia

Tantangan dan Solusi untuk Masa Depan terkait Urban Heat Island di kota Jakarta

Gambar 1. Ilustrasi Fenomena Urban Heat Island (UHI)

Urban Heat Island (UHI), atau pulau panas perkotaan, adalah fenomena di mana suhu di kawasan perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti urbanisasi, pengurangan ruang hijau, dan peningkatan penggunaan material yang menyerap panas seperti beton dan aspal. Jakarta, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di dunia, menghadapi tantangan serius akibat UHI. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa UHI di Jakarta tidak hanya berdampak pada peningkatan suhu tetapi juga pada kualitas udara dan kesehatan masyarakat (Siswanto et al., 2023, Fajary et al., 2024)


Apa itu Urban Heat Island?

UHI terjadi ketika kota-kota besar, seperti Jakarta, menyerap dan menyimpan lebih banyak panas daripada lingkungan pedesaan. Material perkotaan seperti beton, baja, dan aspal memiliki kapasitas menyerap panas yang tinggi, sementara kurangnya ruang hijau memperburuk efek ini. Pada malam hari, panas yang tersimpan dilepaskan kembali, menyebabkan suhu tetap tinggi bahkan setelah matahari terbenam. Intensitas UHI di Jakarta tercatat berkisar antara 3°C hingga 6°C untuk suhu permukaan dan 1°C hingga 2,5°C untuk suhu udara (Fajary et al., 2024).

Gambar  2. Efek Urban Heat Island

Sumber: (Elmarakby & Elkadi, 2024)


Penyebab dan Dampak UHI di Jakarta

Jakarta menghadapi fenomena UHI karena berbagai faktor. Urbanisasi yang cepat telah mengubah lanskap kota dengan gedung-gedung tinggi, jalan raya, dan infrastruktur lain yang menggantikan ruang hijau. Material seperti beton dan aspal yang mendominasi kota ini menyerap dan menyimpan panas secara signifikan, sehingga meningkatkan suhu permukaan. Selain itu, penyediaan ruang hijau di Jakarta hanya mencakup sekitar 9,98% dari total luas kota, jauh di bawah standar minimal 30% yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Faktor lain yang memperparah kondisi ini adalah polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan aktivitas industri, yang turut menyumbang pada peningkatan suhu udara (Siswanto et al., 2023, Sarker et al., 2024). Kedua kegiatan terebut memerlukan bahan bakar berbasis fosil dengan sisa buangan pembakaran yang memicu efek panas di perkotaan.

Gambar 3. Perubahan Penggunaan Lahan dan Peningkatan Suhu di Jakarta Tahun 2004 - 2020

Sumber: (Siswanto et al., 2023).


Fenomena UHI membawa dampak signifikan terhadap kota dan warganya. Dalam aspek kesehatan, suhu tinggi meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti heatstroke, dehidrasi, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan intensitas UHI berkontribusi pada peningkatan polusi udara yang memengaruhi kesehatan masyarakat, terutama di wilayah perkotaan yang padat penduduk (Fajary et al., 2024). Kualitas hidup juga terpengaruh karena suhu panas yang ekstrem yaitu dengan mengurangi kenyamanan warga dan memaksa peningkatan konsumsi energi untuk pendingin ruangan. Bahkan saat ini sering dijumpai setiap rumah di Jakarta minimal memiliki satu unit alat pendingin ruangan. Dari sisi lingkungan, peningkatan suhu dapat memperburuk polusi udara dan mempercepat perubahan iklim lokal, menciptakan siklus negatif yang sulit dihentikan (Sarker et al., 2024).


Solusi untuk Mengurangi Urban Heat Island

Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah solusi dapat diterapkan. Penghijauan kota menjadi langkah utama melalui kegiatan menanam pohon dan menciptakan taman-taman kota yang memberikan bayangan serta meningkatkan kelembaban udara melalui proses evapotranspirasi. Penggunaan material bangunan yang memantulkan cahaya matahari daripada menyerapnya juga dapat membantu mengurangi panas yang terperangkap. Selain itu, konsep atap dan dinding hijau dapat diimplementasikan di gedung-gedung perkotaan untuk menurunkan suhu di area tersebut (Siswanto et al., 2023).

Pemerintah perlu merancang tata ruang kota yang mengintegrasikan lebih banyak ruang hijau, sementara masyarakat dapat berkontribusi dengan menanam pohon di sekitar rumah dan mendukung inisiatif ramah lingkungan. Transportasi berkelanjutan, seperti penggunaan kendaraan listrik dan transportasi umum, juga menjadi salah satu solusi penting untuk mengurangi emisi panas dari kendaraan bermotor (Sarker et al., 2024).


Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah DKI Jakarta telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi UHI, termasuk meningkatkan ruang hijau dan mempromosikan transportasi ramah lingkungan. Namun, partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan. Langkah-langkah seperti menanam pohon di lingkungan rumah, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan menggunakan energi secara bijak dapat memberikan dampak besar dalam mengurangi efek UHI (Fajary et al., 2024).


Korespondensi Penulis

Tanuda Pedro Rusdiono /tanudapedro@gmail.com


 

Daftar Literatur

  • Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Jakarta dalam Angka 2022. Jakarta: BPS.

  • World Health Organization. (2021). Urban Green Spaces and Health. Geneva: WHO.

  • Oke, T. R. (1982). The Energetic Basis of the Urban Heat Island. Quarterly Journal of the Royal Meteorological Society, 108(455), 1-24.

  • Siswanto, S., et al. (2023). Spatio-temporal characteristics of urban heat island of Jakarta metropolitan. Remote Sensing Applications: Society and Environment, 32, 101062.

  • Sarker, T., et al. (2024). Impact of urban built-up volume on urban environment: A case of Jakarta. Sustainable Cities and Society, 105, 105346.

  • Fajary, F. R., et al. (2024). Comprehensive spatiotemporal evaluation of urban growth, surface urban heat island, and urban thermal conditions on Java island of Indonesia. Heliyon, 10, e33708.

  • Elmarakby, E., & Elkadi, H. (2024). Comprehending particulate matter dynamics in transit-oriented developments: Traffic as a generator and design as a captivator. Science of the Total Environment, 931. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2024.172528

1 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

留言


bottom of page