
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik menghadapi risiko bencana yang tinggi, mulai dari gempa bumi, tsunami, banjir, hingga kekeringan. Kondisi geografis ini menuntut adanya strategi pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan, terutama di sektor air minum. Ketersediaan air minum yang aman dan berkelanjutan menjadi kunci utama dalam mendukung ketahanan kota terhadap bencana. Infrastruktur air minum yang adaptif tidak hanya menjamin pasokan air di masa normal, tetapi juga memastikan ketersediaan air minum saat terjadi bencana dimana semua ini terintegrasi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Pentingnya Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi yang Tangguh
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang tahun 2023, Indonesia mengalami lebih dari 3.000 kejadian bencana alam, di mana banjir dan tanah longsor mendominasi dengan dampak signifikan terhadap infrastruktur dasar, termasuk jaringan air minum dan sanitasi (BNPB, 2023). Dalam konteks ini, sistem penyediaan air minum dan sanitasi harus dirancang dengan prinsip ketahanan dan keberlanjutan. Menurut Smith dan Petley (2019), infrastruktur yang tangguh terhadap bencana harus mampu berfungsi sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi, guna mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat.
Strategi Pembangunan Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi yang Berkelanjutan
Penguatan Tata Kelola dan Regulasi
Implementasi kebijakan yang mendukung pengelolaan air minum berkelanjutan menjadi prioritas. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air mengamanatkan pengelolaan air berbasis keberlanjutan dan pengurangan risiko bencana. Harmonisasi kebijakan lintas sektor juga penting untuk mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam perencanaan infrastruktur air. Kedepannya Perlu ada Integrasi Air Limbah/Sanitasi serta Pembaharuan UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air. Langkah ini mendukung pencapaian SDG 6 yang menargetkan akses universal terhadap air minum dan sanitasi layak.
Pengembangan Infrastruktur Berbasis Teknologi
Penerapan teknologi Internet of Things (IoT) dan big data dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan air minum. Sistem monitoring real-time memungkinkan deteksi dini kerusakan jaringan dan kebocoran, sehingga dapat segera diatasi sebelum berkembang menjadi gangguan serius (World Bank, 2020). Hal ini juga berkontribusi pada SDG 9 terkait Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.
Diversifikasi Sumber Air dan Desentralisasi Jaringan
Ketergantungan pada satu sumber air baku meningkatkan kerentanan. Oleh karena itu, diversifikasi sumber air seperti pemanfaatan air hujan, air limbah yang diolah, dan desalinasi air laut perlu dioptimalkan. Selain itu, desentralisasi jaringan distribusi air dapat mengurangi dampak kerusakan akibat bencana lokal (Asian Development Bank, 2021). Upaya ini relevan dengan pencapaian SDG 13 terkait Penanganan Perubahan Iklim.
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Pelatihan dan sertifikasi tenaga teknis di sektor air minum sangat penting untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat. Kolaborasi dengan lembaga atau institusi internasional dapat menjadi langkah strategis dalam pengembangan kapasitas SDM.
Kolaborasi Multisektor dan Pembiayaan Inovatif
Skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dapat dioptimalkan untuk mendanai pembangunan infrastruktur air yang berkelanjutan. Pendekatan ini memungkinkan pembagian risiko antara sektor publik dan swasta serta meningkatkan efisiensi pelaksanaan proyek. Pendekatan ini mendukung SDG 17 terkait Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Studi Kasus dan Implementasi
Proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan di Jawa Timur menjadi contoh sukses penerapan skema KPBU. Dengan kapasitas produksi mencapai 4.000 liter/detik, proyek ini berhasil memperkuat ketahanan air di wilayah yang rawan bencana. Di tingkat global, model pengelolaan Air minum & Sanitasi oleh Aguas de Portugal menunjukkan bagaimana regionalisasi operator air dapat meningkatkan efisiensi dan ketahanan infrastruktur air minum.

Penutup
Strategi pembangunan kota aman bencana melalui penguatan infrastruktur air minum dan sanitasi yang berkelanjutan harus menjadi prioritas nasional. Pendekatan terpadu yang melibatkan penguatan/pembaharuan regulasi, adopsi teknologi, diversifikasi sumber air, pengembangan SDM, dan pembiayaan inovatif menjadi kunci dalam menciptakan sistem air minum dan sanitasi yang tangguh. Dengan implementasi strategi yang komprehensif, Indonesia dapat memperkuat ketahanan kotanya dalam menghadapi berbagai risiko bencana di masa depan, sekaligus berkontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Korespondensi Penulis
Yudistira Widi Pratomo / yudistiwp@gmail.com
Daftar Literatur
Asian Development Bank. (2021). Resilient Infrastructure for Sustainable Development.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2023). Laporan Bencana Indonesia 2023.
Smith, K., & Petley, D. (2019). Environmental Hazards: Assessing Risk and Reducing Disaster. Routledge.
World Bank. (2020). Water Utility Pathways in Disaster Risk Management.
Comments