top of page
Gambar penulisPSII Indonesia

COVID-19: 'The Real Game Changer' - Pendorong Nyata Menuju Energi Bersih

Diperbarui: 23 Mei 2020


Disrupsi akibat pandemi Covid-19 terhadap sektor energi tak lantas menggeser prioritas dunia dalam pengembangan energi terbarukan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim. Perubahan pola dan kuantitas konsumsi listrik mendorong pola baru pembangkitan energi.

Hampir tiga perempat kapasitas pembangkit listrik yang dibangun pada tahun 2019 menggunakan energi terbarukan dan telah memecahkan rekor selama sepanjang sejarah. Data terbaru yang berasal dari Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) menunjukkan bahwa matahari, angin, dan teknologi hijau lainnya kini telah mampu menyediakan lebih dari sepertiga kebutuhan energi di dunia dan telah mengalahkan rekor lainnya.


Penggunaan energi pembangkit listrik berbahan bakar fosil telah menurun di Eropa dan Amerika Serikat. Hal tersebut ditandai dengan lebih banyaknya penonaktifan dibanding pembangunan pembangkit listrik tenaga fosil pada tahun 2019. Namun sebaliknya, jumlah pembangkit energi batu bara dan gas semakin meningkat di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Seperti halnya Timur Tengah, yang memiliki setengah dari cadangan minyak dunia, proporsi pembangkit listrik dari energi terbarukan hanya sebesar 26 persen.


Kontribusi energi terbarukan dalam kapasitas terpasang pada tahun 2019 hampir mencapai 75%. Data IRENA menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas energi terbarukan sedikit melambat pada tahun 2019 dari 179GW menjadi 176GW, namun daya bahan bakar fosil juga ikut menurun. Total kapasitas terpasang energi terbarukan hingga saat ini tumbuh sebesar 7,6% di seluruh dunia. Inggris menjadi contoh sebagai negara yang terus mengalami peningkatan untuk kapasitas terpasang dari energi terbarukan. Tenaga surya menyumbang 55% dari kapasitas terpasang yang tersebar di negara-negara Asia, seperti Cina, India, Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam. Peningkatan kapasitas terpasang tenaga surya juga mulai terlihat di Amerika Serikat, Australia, Spanyol, Jerman, dan Ukraina.


Tenaga angin berhasil mencapai 34 persen dari total bauran energi dan hampir setengahnya berada di China. Penambahan signifikan terjadi di Amerika Serikat. Kapasitas terpasang tenaga angin secara global tetap berada di posisi terdepan mengalahkan tenaga surya, dengan 95 persennya adalah tenaga angin darat. Energi terbarukan lainnya seperti tenaga air, bio energi, panas bumi, dan tenaga laut diperkirakan tumbuh sedikit demi sedikit setiap tahun. Meskipun pertumbuhannya lebih kecil dibanding tenaga surya dan angin, energi panas bumi dimanfaatkan untuk memproduksi batuan panas yang dihasilkan dari dalam perut bumi. Turki, Indonesia, dan Kenya menjadi yang teratas untuk energi panas bumi.


Berdasarkan data yang didapat dari IRENA, dunia telah menginvestasikan sekitar $3tn untuk keperluan energi terbarukan dalam beberapa dekade terakhir. Namun demikian, investasi tahunan harus mampu berlipat ganda pada tahun 2030 untuk mengatasi masalah perubahan iklim secara signifikan. “Meskipun tren tersebut menunjukkan hal positif, kita membutuhkan lebih banyak kapasitas energi terbarukan secara global secara berkelanjutan dan berpedoman pada langkah mitigasi perubahan iklim. Pada saat yang penuh tantangan seperti saat ini, kita diingatkan akan pentingnya membangun ketahanan dalam sistem perekonomian,” menurut Francesco La Camera, Direktur Jenderal IRENA.


Wabah Covid-19 secara nyata telah berimplikasi terhadap sektor energi. Pasar minyak global mengalami kekacauan dengan jatuhnya permintaan pasar selama berlakunya sistem lockdown. Di sisi lain, perang harga ikut menguat diantara Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat. “Dalam menanggapi krisis saat ini, pemerintah mungkin tergoda untuk fokus pada solusi jangka pendek. Perbedaan antara tantangan jangka pendek, menengah, dan panjang mungkin membingungkan. Pandemi menunjukkan bahwa suatu penundaan dapat membawa konsekuensi ekonomi yang signifikan.”


Pengeluaran terbesar yang direncanakan oleh pemerintah dalam menangani pandemi coronavirus tetap harus mendukung inisiatif hijau dibanding energi fosil. La Camera mengatakan “energi terbarukan merupakan sumber daya dengan pembiayaan yang efektif dan dapat memisahkan pasar energi serta konsumen dari berbagai tantangan perubahan di masa depan.” Hal ini menjadi catatan bahwa disrupsi akibat pandemi Covid-19 terhadap sektor energi tak lantas menggeser prioritas dunia dalam pengembangan energi terbarukan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim. Perubahan pola dan kuantitas konsumsi listrik mendorong pola baru pembangkitan energi.

Disadur dari Damian Carrington dalam theguardian.com pada 6 April 2020

20 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

コメント


bottom of page